Masuk hari yang ke dua puluh satu
tidur malamnya bertukar siang
siang jadi malam,
malam bertambah kelam.
Tak ada cahaya,
dia meraba dalam gelap.
siang jadi malam,
malam bertambah kelam.
Tak ada cahaya,
dia meraba dalam gelap.
Di antara asap berkepul,
deruman keretapi, lagu kuil
loceng gereja dan azan masjid
kaki melangkah tak tentu arah
mencari arah, tanpa diarah.
Tidurnya bukan untuk bermimpi
Tidurnya menunggu hari.
Tidur bertilamkan bangku
berselimut kain rindu berwarna putih
Putih. Macam salju.
Macam awan. Macam susu.
Your thoughts mean so much and help me improve my writing. If you enjoyed the post, I’d love to hear more from you— your ideas make this space more engaging for everyone. Thank you for commenting. Let’s keep the conversation going!