Lukisan Alam

Tenggiling Ubi
0



D(caps)alam pelukan lembut fajar, saat dunia terbangun, alam menyingkap sebuah mahakarya. Waktu itulah matahari perlahan-lahan menyingsingkan warna emas, menghias kanvas langit. Mata pun terpegun, melihat awan berbaring anggun.

Gunung berdiri seperti seorang pahlawan; Gagah dan megah. Puncaknya dicium sinar matahari, sebuah sentuhan yang indah. Lembah di bawah, tenang berpadang rumput menghijau. Lukisan alam; Pemandangan yang memukau.

Sungai yang mengalir dari celahan gunung bagai mengayam cerita. Alirannya lembut membisikkan rahsia, hanya mereka tahu. Di bawah kanopi dedaunan yang begitu luas, sebuah tarian berbayang, diiring angin sepoi bertiup. Keheningan berkuasa di jantung hutan. Di situ kedamaian terpelihara. Pohon-pohon megah dengan cabang-cabangnya terjalin menjadi tempat perlindungan jiwa.

Bunga mekar di bawah sinar matahari. Kelopaknya terbuka, menyebarkan haruman; Manis dan murni. Itulah aroma wangian alam yang suci.

Di hamparan samudera lautan tak berbatas, ombak berkeliaran bebas. Selepas terbenamnya matahari, langit diwarnai senja. Cakrawala tak berhujung seakan palet warna yang membuat hati mendesah. Jingga, merah jambu, dan warna emas, menjadi ciuman perpisahan, seiring bertambahnya hari. Melodi pasang dan surut, mengiramakan lagu sebagai pengantar tidur. 

Di bawah selimut berbintang, malam terbentang. Tarian syurgawi, menceritakan sebuah misteri. Cahaya bulan menyinari dunia dengan keanggunan warna perak. Keindahan alam, pelukan yang tak pernah goyah.

Di setiap gemerisik daun dan tebaran sayap, burung menyanyi. Di mekarnya musim bunga, alam berbisik. Bahasanya jujur. Simfoni keindahan, percuma untuk didengar semua jiwa.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)

#buttons=(Accept!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!